Senin, 05 Mei 2014

Kesalahan Pengukuran Dalam Ilmu Ukur Tanah


Konsep Pengukuran Dan Kesalahan         

Seorang surveyor (geodetic engineer) melakukan pekerjaan mulai dari mendesain proyek sampai dengan mempresentasikan hasil laporan. Jika ingin mendapatkan nilai hasil pengukuran yang mempunyai tingkat keandalan yang tinggi, maka seorang surveyor harus mengerti tentang konsep pengukuran (pengambilan data) dan kesalahan yang terjadi dalam pengukuran.
Nilai estimasi hasil pengukuran (parameter) diperoleh dari data pengukuran dengan menggunakan model matematika yang menyatakan hubungan antara pengukuran dan hasil pengukuran yang akan ditentukan nilainya. Adapun konsep dalam pengukuran :
  1.  Pengukuran pada umumnya menggunakan alat (instrumentation) yang dioperasikan oleh pengukur (observer) dalam keadaan lingkungan (environment) tertentu.
  2. Setiap pengukuran mengandung kesalahan (errors)
  3. Kesalahan sebenarnya (true error) adalah penyimpangan nilai hasil pengukuran (x) terhadap nilai sebenarnya (true value) ε = x - τ, dimana ε = kesalahan sebenarnya, x = nilai hasil pengukuran dan τ = nilai sebenarnya
  4. Karena nilai sebenarnya (τ ) tidak pernah diketahui maka nilai kesalahan sebenarnya (ε) juga tidak dapat diketahui.
  5. Nilai pengukuran dan kesalahan pengukuran dapat diestimasi v =  xˆ-x, dimana v = estimasi kesalahan (estimasi residu), x = nilai hasil pengukuran dan xˆ = estimasi nilai sebenarnya
Gambar 1. Konsep Pengukuran


Sumber-Sumber Kesalahan

Berdasarkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan, kesalahan yang terjadi pada pengukuran dapat diklasifikasikan sebagai kesalahan karena alam (natural errors), kesalahan karena alat ( instrumental errors) dan kesalahan karena pengukur (personal errors).
1.     Kesalahan yang bersumber dari pengukur
Kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass, yaitu pembacaan benang atas, benang bawah, dan benang tengah. Adanya emosi dari pengukur akibat rasa lapar sehingga tergesa-gesa dalam melakukan pengukuran dan akhirnya terjadi kesalahan mencatat.
2.    Kesalahan yang bersumber dari alat
Ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi standar lagi. Patahnya pita ukur akibat terlalu kencangnya menarik pita ukur, sehingga panjang pita ukur bergeser (berkurang)
3.    Kesalahan yang bersumber dari alam.
Adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin, sehingga tidak dapat berdiri dengan tegak. Angin yang merupakan faktor alam, membuat pita ukur menjadi susah diluruskan, sehingga jarak yang didapatkan menjadi lebih panjang daripada jarak sebenarnya.
Gambar 2. Sumber Kesalahan



Jenis-Jenis Kesalahan
Secara konvensional kesalahan dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu kesalahan besar (gross error), kesalahan sistematik (systematic error) dan kesalahan acak (random/accidental error).
1.    Kesalahan Besar atau Gross Error/Blunder, 
karakteristik pada kesalahan ini yaitu nilai pengukuran menjadi sangat besar/kecil/berbeda bila dibandingkan dengan nilai ukuran yang seharusnya. sumber kesalahannya yaitu karena kesalahan personal (kecerobohan pengukur) yang menyebabkan hasil pengukuran yang tidak homogen. cara penanganannya yaitu harus dideteksi dan dihilangkan dari hasil pengukuran. adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan besar ini yaitu : Cek secara hati-hati semua objek yang akan diukur; Melakukan pembacaan hasil ukuran secara berulang untuk mengecek kekonsistenan; memverifikasi hasil yang dicatat dengan yang dibaca; Mengulangi seluruh pengukuran secara mandiri untuk mengeek kekonsistenan data; Penggunaan rumus aljabar atau geometrik sederhana untuk mengecek kebenaran hasil ukuran.
2.    Kesalahan Sistematik (Systematic Error),
karakteristik pada kesalahan ini yaitu terjadi berdasarkan sistem tertentu (deterministic system) yang dapat dinyatakan dalam hubungan fungsional (hubungan matematik) tertentu dan mempunyai nilai yang sama untuk setiap pengukuran yang dilakukan dalam kondisi yang sama. Sumber kesalahannya yaitu terjadi karena kesalahan alat sehingga menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari hasil pengukuran yang seharusnya. Cara penanganannya yaitu harus dideteksi dan dikoreksi dari nilai pengukuran. contohnya dengan melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran. kesalahan sistematik dapat dieliminasi dengan melakukan : Kalibrasi peralatan; Menggunakan metoda pengukuran tertentu.
3.    Kesalahan Acak (Random/Accidental Error),
karakteristik pada kesalahan ini yaitu kesalahan yang masih terdapat pada pengukuran setelah blunder dan kesalahan sistematik dihilangkan dan tidak memiliki hubungan fungsional yang dapat dinyatakan dalam model deterministik, tetapi dapat dimodelkan menggunakan model stokastik (berdasarkan teori probabilitas). Sumber kesalahannya yaitu terjadi karena kesalahan personal, alat, dan alam. tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diminimalkan dengan melakukan pengukuran berulang (redundant observations) dan melakukan hitung perataan terhadap hasil pengukuran dan kesalahan pengukuran. Salah satu metode perataan adalah metode perataan kuadrat terkecil (Least Square Adjusment). Jika kesalahan sistematik, koreksi dapat dilakukan dengan menggunakan model fungdional dan kalibrasi alat, maka untuk mengeliminir kesalahan acak digunakan model probabilitas.

Kesalahan Yang Bersumber Dari Alam

Alam merupakan salah satu faktor pengukuran yang paling tak terduga, alam dapat sewaktu-waktu berubah secara spontan, tetapi hal ini jarang sekali terjadi pada saat pengukuran berlangsung.
Beberapa contoh sumber kesalahan ukur karena alam antara lain :
1.       Angin
Hembusan angin yang kencang akan mempengaruhi hasil pengukuran, dikarenakan angin yang berhembus ke rambu ukur dapat merubah posisi rambu menjadi tidak tegak lurus. Selain itu, angin akan menyulitkan para pengukur dalam membentangkan pita ukur, pita ukur akan menjadi susah untuk diluruskan sehingga jarak ukur akan menjadi lebih panjang dari yang seharusnya.
2.       Cuaca
Cuaca sering menjadi halangan bagi para pengukur, cuaca yang tak menentu dapat menunda berlangsungnya pengukuran. Misal tiba-tiba terjadi badai, akan sangat sulit untuk bisa melakukan pengukuran.
3.       Bencana alam
Misalkan gunung meletus, angin topan, gempa bumi, banjir, dan bencana-bencana alam lainnya.
4.       Bentuk bumi
Bentuk bumi yang bulat mempunyai efek tersendiri pada ilmu ukur tanah, ini mengakibatkan tanah yang di ukur mempunyai batas-batas tertentu sehingga ukuran tanah yang akan di ukur tidak bisa terlalu panjang ataupun terlalu luas.
5.       Cahaya Matahari

Cahaya matahari dapat menjadi sumber kesalahan pada proses pengukuran tanah, khususnya jika pengukuran dilakukan secara optical atau menggunakan alat optik seperti teropong dan lain sebagainya. Cahaya matahari sewaktu-waktu dapa membias melalui lensa optik sehingga hasil pengukuran mungkin akan kurang sesuai seperti apa yang diharapkan, bisa saja lebih ataupun kurang.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

0 komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Phone :

+20 010 2517 8918

Address :

3rd Avenue, Upper East Side,
San Francisco

Email :

email_support@youradress.com